Penulis : Madrasah Kita
Siswa merupakan input pendidikan. Bisa dibilang bahan mentah yang harus di oleh sedemikian rupa hingga menghasilkan generasi yang
berkualitas berdasarkan tiga kompenen dasarnya yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Artinya proses pendidikan harus mampu menghasilkan ouput yang
berkualitas dalam tiga jenis kemampuan tersebut. Dimana dalam prosesnya
membutuhkan pematangan pembelajaran yang melibatkan seluruh komponen yang ada
di lembaga pendidikan .
Siswa yang berkualitas merupakan tujuan utama dalam sebuah proses
pembelajaran dan harus di capai dengan usaha keras dari seluruh kompenen yang
terkait. Dari semua komponen tersebut yang paling penting adalah guru yang
berkompetensi. Ya, ini adalah syarat awal untuk menciptakan alumnus - alumnus
yang berkualitas dari sebuah lembaga pendidikan. Sementara yang lain seperti
sarana dan prasarana, lingkungan dan lainnya adalah pelengkap dalam proses
pembelajaran tersebut, dimana keseluruhan komponen tersebut harus menjadi satu
kesatuan.
Namun dewasa ini impian untuk menciptakan generasi - generasi emas dan
berkualitas negeri ini tercoreng dengan maraknya tindak kekerasan yang
dilakukan oleh oknum guru dalam proses pembelajaran. Guru yang seharusnya
menjadi pijakan terpenting dalam proses pembelajaran menjadi sosok yang
menakutkan bagi para siswa. Kekerasan yang dilakukan oleh guru dengan cara
menampar, memukul, menendang dan sejenisnya kepada para siswa adalah tindakan
brutal yang tidak pantas dilakukan. Hal demikian melihat guru seharusnya
menjadi seorang pembimbing dan pengayom bagi para siswanya, menjadi tempat
mencari solusi bagi para siswa ketika menemukan kesulitan dalam proses
pembelajaran, dan menjadi contoh yang baik bagi para siswanya.
Sudah bisa dipastikan bahwa tindak kekerasan yang dilakukan oleh guru
menciptakan bekas luka yang mendalam bagi siswa yang bersangkutan, baik secara
fisik maupun secara psikis. Ketakutan adalah dampak yang ditimbulkan akibat
kekerasan tersebut, akibatnya proses pembelajaran menjadi kaku dan peserta
didik kurang kreatif bahkan rasa ketakutan tersebut dapat memutus keinginan
besar siswa untuk belajar. Jika sudah demikian maka cita - cita untuk
menciptakan generasi yang berkualitas akan pupus disebabkan para siswa tidak
mau besekolah akibat rasa takut tersebut.
Bisa jadi penyebab terjadinya kekerasan tersebut adalah guru kurang
sabar dalam menghadapi siswa yang bandel, dan cenderung nakal. Dalam dunia
anak, nakal, bandel dan sejenisnya adalah suatu kewajaran yang harus disikapi
oleh setiap guru. Tentunya dengan mencari metode - metode yang tepat dan
mendidik bagi para siswa. Memang metode sanksi bagi para siswa terkadang mampu
memberikan efek jera namun tidak serta merta harus dilakukan dengan kekerasan.
Sanksi yang diberikan harus bersifat mendidik, bukan yang menyebabkan cidera
atau luka bagi para siswa.
Oleh karena itu guna menghasilkan generasi yang berbobot secara kualitas
guru harus selalu kreatif, memikirkan cara - cara , trik - trik atau metode -
metode yang paling tepat dalam proses pembelajaran. Guru harus menjadi sosok
orang yang menyenangkan, menjadi fasilitator yang baik, serta menjadi
pembimbing yang tepat bagi para siswa. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berjalan dengan nyaman dan kondusif.
Artikel di atas boleh di Copy dengan syarat harus menyertakan Link Blog Ini pada postingan yang bersangkutan.
0 Komentar untuk "Kekerasan Guru Dalam Pembelajaran"